Welcome To PMR GAHITA Let's Join Us

Materi CT: Sejarah Mitela


Kain segitiga ni pada awalnya diciptakan oleh Johann Friedrich August von Esmarch , seorang profesor bedah yang telah ahli bedah umum untuk Angkatan Darat Jerman selama Perang Perancis-Prusia tahun 1870. Esmarch adalah pelopor dalam medan triase dan perawatan luka , dan ia mengembangkan perban yang dapat digunakan dalam berbagai konfigurasi yang berbeda untuk mengobati tentara yang terluka di medan perang sampai lebih bantuan medis tiba, sehingga membantu menyelamatkan nyawa. maka kain ini dinamakan kain ESMARCH TRIANGULAR BANDAGE atau VERNAID BANDAGE (Vernon)





Kain segitiga ini kemudian dikomersilkan oleh Johnson & Johnson dan Seabury di Amerika Serikat  pada tahun 1890 dan pada tahun 1903 mengeluarkan produk kain segitiga ini dengan buku panduan penggunaannya. di Inggris oleh diproduksi oleh Vernon ( V&C.co.ltd ). Semenjak itu kain segitiga ini makin ternama dan digunakan oleh banyak pihak.
Para Tentara, anggota Kepanduan ( Boyscout/Pramuka) Anggota kemanusiaan ( Red Cross/ PMI/ BSM) sebagai pihak pihak yang meneruskan penggunaan segitiga ini untuk pertolongan pertama.

Materi CT: Jean Henri Dunant

Jean Henri Dunant (1828-1910) adalah seorang warga negara Swiss yang dikenal sebagai Bapak Palang Merah Dunia adalah pemuda yang menyaksikan perang mengerikan antara pasukan Prancis dan Italia melawan pasukan Austria di Solferino, Italia Utara pada tanggal 24 Juni 1859.
Tidak kurang 40.000 tentara terluka menjadi korban perang, sementara bantuan medis tidak cukup merawat korban sebanyak itu. Tergetar penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bersama penduduk setempat mengerahkan bantuan menolong mereka. Setelah kembali ke Swiss, Henry Dunant menuangkan kesan dan pengalamannya ke dalam buku berjudul "Kenangan dari Solferino" menggemparkan Eropa.
Di buku itu Henry Dunant mengajukan dua gagasan. Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong prajurit yang terluka di medan perang. Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera dan sukarelawan serta organisasinya yang menolong saat terjadinya perang.
Pada 1863 Henry Dunant bersama keempat kawannya merealisasi gagasan tersebut dengan mendirikan komite internasional untuk nantuan para tentara yang cedera, sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau Committee of The Red Cross (ICRC) merupakan lembaga kemanusiaan bersifat mandiri, sebagai penengah dan netral.
Dalam perkembangannya Palang Merah Internasional juga memiliki Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau International Federation of Red Cross dan Red Crescent (IFRC).

Semangat Henry Dunant inilah yang mengilhami terbentuknya Perhimpunan Nasional Palang Merah Nasional dan Bulan Sabit Merah yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia berjumlah 176 perhimpunan nasional. Sedang gagasan kedua Henry Dunant direalisasi Pemerintah Swiss dengan mengadakan konferensi Jenewa dengan menghasilkan Konvensi Jenewa (1864) yang terus dikembangkan sehingga dikenal sebagai Konvensi Jenewa 1949.

Materi CT: Florence Nightinganle

Florence Nightinganle adalah anak dari seorang bangsawan Willian Edward Shore dan isterinya bernama Frances Smith berkebangsaan inggris, lahir tanggal 12 Mei 1920 di Kota Florence Italia. Walaupun berasal dari keluarga bangsawan ia lebih suka bergaul dengan anak-anak rakyat biasa dan suka menolong orang-orang yang tengah berada dalam kesulitan. Didorong oleh kepribadiannya itulah, maka ia memillih pendidikan pada sekolah perawat dan bukan sekolah yang khusus disediakan untuk para bangsawan, perawat masih dianggap pekerjaan yang hina.
Pada saat ia mengabdi sebagai perawat di rumah sakit ia mendengar betapa hebatnya penderitaan prajurit di medan perang Krim, berita itu langsung menyentuh hatinya, ia menetapkan untuk pergi ke medan perang untuk merawat prajurit yang terluka.
Pada tanggal 1 Oktober 1854, dengan menumpang kapal laut ia berangkat menuju laut hitam, dan tiba di Scutary. Di Rumah Sakit Scutary inilah ia bersama teman-temannya membantu prajurit yang luka dan sakit walaupun dalam keadaan serba kekurangan. Florence menjalankan tugasnya 24 jam sehari dengan istirahat sebisanya, pada malam hari ia selalu berkeliling memeriksa pasien dengan menenteng lentera ditangannya sehingga ia dikenal dengan julukan “Lady of the Lamp”.
Florence yang setiap saat berada dalam suasana prihatin, ia tidak membiarkan satu orang prajuritpun menghembuskan nafas terakhir tanpa ia saksikan sendiri.
Akhirnya peperangan dapat diselesaikan setelah berlangsung lebih dari dua tahun, bulan Juli 1856 angkatan perang Inggris akan ditarik kembali, tetapi Florence belum mau ikut pulang sebelum Rumah Sakit benar-benar kosong dari penderita.
Sebagai pahlawan kemanusiaan Florence mendapat berbagai penghargaan dari pemerintah Inggris. Florence meninggal pada tanggal 13 Agustus 1910.

Materi CT: Perhimpunan Nasional


Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah organisasi kemanusiaan yang ada di setiap negara anggota penandatangan Konvensi Jenewa. Tidak ada negara yang dapat memiliki lebih dari satu Perhimpunan Nasional. Sebelum sebuah perhimpunan baru disetujui oleh ICRC dan menjadi anggota Federasi, beberapa syarat ketat harus dipenuhi. Menurut statuta gerakan Perhimpunan Nasional yang baru didirikan harus disetujui oleh ICRC. Untuk dapat memperoleh persetujuan dari ICRC, sebuah Perhimpunan Nasional harus memenuhi 10 syarat yaitu:
  1. Didirikan disuatu Negara Peserta Konvensi Jenewa 1949
  2. Satu-satunya Perhimpunan PM/BSM Nasional di Negaranya
  3. Diakui oleh Pemerintah Negaranya
  4. Memakai nama dan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
  5. Bersifat mandiri
  6. Memperluas kegiatan di seluruh wilayah
  7. Terorganisir dalam menjalankan tugasnya dan dilaksanakan diseluruh wilayah negaranya
  8. Menerima anggota tanpa membedakan latar belakang
  9. Menyetujui statuta Gerakan
  10. Menghormati Prinsip Dasar Gerakan dan menjalankan tugas sesuai prinsip HPI

Selain dari persyaratan-persyaratan di atas, terlebih dahulu diadakan pula penelitian oleh ICRC dan Federasi, yaitu :
  1. Apakah pembentukan perhimpunan dimaksud sudah sesuai dengan Resolusi Konperensi Internasional 1863.
  2. Perhimpunan dimaksud harus menyampaikan penjelasan terhadap struktur, aktivitas dan tingkat kemampuan dalam menghadapi keadaan darurat.

Untuk memelihara kelancaran kerjasama di antara komponen-komponen Gerakan atau antara sesama perhimpunan nasional, maka setiap perhimpunan nasional perlu :
  1. Melatih dan menyiapkan tenaga andalan yang saat melakukan tugas-tugas dalam kerangka kerjasama internasional.
  2. Mendorong masyarakat, terutama para pemuda, untuk mau menyumbangkan tenaganya berkiprah bagi kemanusiaan di dalam perhimpunan.


Setelah semuanya dipenuhi, ICRC menyampaikan surat pemberitahuan kepada semua perhimpunan nasional di seluruh dunia untuk dapat menerima perhimpunan nasional yang baru itu menjadi anggota Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

Materi CT: Komite 5


Henry Dufour
Henry Dufour pertama kali memasuki dinas kestentaraan yang akan dijalani seumur hidupnya pada tahun 1810, direkrut sebagai tentara Perancis Lima tahun sebelum Napoleon mangalami kekalahan di Waterloo. Dufour lahir di Costance pada tahun 1787. Ia mengalami luka pada tahun 1813 dan diobati di sebuah tahanan militer Inggris. Insinyur Sipil lulusan Encole Polytechnique Paris ini menghabiskan waktunya untuk membangun rel kereta api, jembatan dan perumahan.Swiss pada waktu itu belum membentuk konfederasi dan Dufour memainkan peran kunci dalam kampanye tentara Swiss untuk berjuang bagi sebuah negara bersatu. Pada tahun 1830, ia mengajukan khusus bagi bendera federal yang kemudian menjadi bendera negara tersebut dan sangat terkenal, Palang putih diatas dasar merah.
Dufour, seorang Jendral menjadi kepala Staff tentara Swiss pada saat huru-hara seperti revolusi, perang kemerdekaan dan guncangan akibat pergantian rezim yang terjadi di seluruh Eropa. Namun ia adalah politisi yang sangat dihirmati. Pada awal tahun 1860-an ia bertemu Henry Dunant dan membantunya untuk mendirikan Palang Merah.

Gustave Moynier
Gustave Moynier sangat tertarik dengan bukunya Henrdy Dunant, “A Memory of Solferino”. Dua orang tersebut bertemu dan gabungkan gagasan. Mereka memainkan peran penting dalam pembentukan palang Merah.Moynier lahir pada tahun 1928, lulusan Sarjana Hukum di Jenewa dan Perancis. Menjadi seorang Pilantropis dan pembela hak-hak kemanusiaan dan sosial. Beliau menjadi Presiden dari ICRC sejak awal berdiri selama 46 tahun. Moynier dianggap sebagai arsitek utama organisasi. Pada tahun 1873, Moynier membantu pembentukan Institute of International Law di Jenewa yang kemudian dianggap sebagai tokoh pembela hak azasi manusia. Moynier sadar akan kabutuhan prioritas penyebaran makna hak azasi manusia secara luas.

Dr. Theodore Mounoir
Dr. Theodore Mounoir, seorang pendiri dan anggota Gerakan Palang Merah. Lahir di Jenewa pada tahu 1806 dan belajar kedokteran di Inggris dan Perancis. Dia menjadi ahli bedah dan anggota dari Dewan Kesehatan pada Komisi Kesehatan Lingkungan dan Kebersihan Masyarakat Jenewa. Talleyrand seorang Diplomat terkenal melihat bakat Mounoir dalam dunia diplomasi namun gagal membujuknya karena ia lebih memilih kedokteran. Mounoir adalah teman Louis Appia, seorang pendiri Palang Merah seperti dirinya. Buku Sejarah ICRC ‘From Solferino to Tushima’ karya Pierre Boissier menggambarkan Mounoir sebagai seorang yang memiliki kualitas tinggi. Selain cerdas dia juga tampan, dan isi surat-suratnya mencerminkan ia mempunyai rasa humor yang tinggi. Pemikirannya yang jelas dan akurat sangat membantu Dunant, Dufour, Moynier, dan Appia untuk mendirikan sebuah organisasi yang kemudian menjadi sebuah gerakan sukarela terbesar di dunia. Sampai dengan kematiannya pada tahu 1819, ia selalu disosialisasikan dengan ICRC.

Dr. Louis Appia

Dr. Louis Appia, Lahir pada tahun 1818 di Frankfurt dan memperoleh gelar Dokter di Heidelberg pada tahun 1843. Appia menaruh minat khusus pada perkembangan teknik bedah terhadap korban perang.Pada tahun 1859, pada suatu konflik, Appia memobilisasi sumber daya dan bantuan dana untuk menolong mereka yang terluka dan beliau sendiri bekerja di rumah sakit lapangan. Kerja sukarela untuk misi-misi seperti itu adalah bagian penting dari hidupnya. Dua tahun kemudian Appia diangkat sebagai Medical Society di Jenewa. Kamudian pada tahun 1863 beliau diminta untuk bekerja didalam sebuah komisi yang membahas gagasan Henry Dunant bagi peningkatan kondisi tentara – tentara yang terluka di medan perang. Komisi ini kemudian menjadi ICRC.

Materi CT: Tingkat PMR

Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya



PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar/MI (10-12 tahun). Warna emblem Hijau



 







PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama/MTs (12-15 tahun). Warna emblem Biru Langit





 









PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas/SMK/MA (15-17 tahun). Warna emblem Kuning










Materi CT: Tri Bakti PMR

Palang Merah Remaja adalah merupakan sebuah wadah pembinaan generasi muda yang nantinya dipersiapkan menjadi kader-kader/ tenaga sukarela yang memiliki keterampilan dibidang kepalang merahan dan menjadi kader Palang Merah Indonesia.
Keterampilan yang harus dimilili oleh anggota PMR meliputi keterampilan pertolongan pertama pada kecelakaan, keterampilan membuat tandu darurat,keterampilan dalam perawatan keluarga, ketrampilan dapur umum dan keterampilan dalam menghadapi bencana.
Setiap anggota PMR harus mengamalkan TRI BAKTI PMR dalam melaksanakan tugasnya dan tanpa membeda-bedakan suku, agama dan RAS. 
TRI BAKTI PMR
1. Meningkatkan Keterampilan Hidup Sehat
2. Berkarya dan Berbakti Di Masyarakat.
3. Mempererat Persahabatan Nasional dan Internasional.

Materi CT: Sejarah ICRC

Sejak didirikan pada tahun 1863, tujuan ICRC adalah semata-mata untuk memastikan perlindungan dan bantuan bagi korban konflik dan pergolakan bersenjata. ICRC melakukannya melalui aksi kemanusiaan langsung di lapangan di seluruh dunia, dan dengan mendorong pengembangan hukum humaniter internasional (HHI). Para pendiri Komite Internasional Palang Merah (ICRC) bertemu untuk pertama kalinya pada bulan Februari 1863 di Jenewa, Swiss yaitu Henry Dunant, Gustave Moynier, Henry Dufour, Louis Appia dan Theodore Mounir. Komite tersebut berhasil mengumpulkan perwakilan pemerintah untuk menyepakati usulan Dunant akan adanya perhimpunan bantuan nasional guna membantu pelayanan kesehatan militer. Dan pada bulan Agustus 1864, komite mendorong pemerintah untuk mengadopsi Konvensi Jenewa pertama. 
Perjanjian ini mewajibkan angkatan bersenjata untuk merawat tentara yang terluka, perhimpunan nasional berdiri (pertama di Negara Bagian Jerman Wรผrttemberg pada bulan November 1863) dan Konvensi Jenewa diadaptasi untuk memasukkan perang di laut. Pada tahun 1949, atas inisiatif ICRC, Negara-negara menyepakati revisi atas tiga Konvensi Jenewa yang ada (yang melindungi korban luka dan sakit di darat, korban perang di laut, tawanan perang) dan penambahan konvensi keempat: melindungi warga sipil yang hidup di bawah kendali musuh. Keempat konvensi tersebut memberikan mandat pokok kepada ICRC dalam situasi konflik bersenjata. 
Dan pada tahun 1977, sebuah terobosan besar tercapai dimana dua Protokol Tambahan pada Konvensi Jenewa diadopsi: yang pertama berlaku untuk konflik bersenjata internasional dan yang kedua untuk konflik bersenjata non-internasional. Kedua protokol tambahan itu juga menetapkan aturan-aturan mengenai perilaku permusuhan.

Materi CT: Sejarah PMI

Sejarah Lahirnya Palang Merah Indonesia
21 Oktober 1873
Pemerintah kolonial Belanda mendirikan organisasi Palang Merah di Indonesia dengan nama Het Nederland-Indiche Rode Kruis (NIRK) yang kemudian namannya menjadi Nederlands Rode Kruiz Afdelinbg Indie (NERKAI).
1932 dan 1940
Pada 1932 timbul semangat untuk mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) yang dipelopori oleh dr. RCL. Senduk dan Bahder Djohan. Kemudian, proposal pendirian diajukan pada kongres NERKAI (1940), namun ditolak. Pada saat penjajahan Jepang, proposal itu kembali diajukan, namun tetap ditolak.
3 September 1945
Pada 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan kepada Menteri Kesehatan dr. Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk suatu Badan Palang Merah Nasional untuk menunjukan kepada dunia internasional bahwa keberadaan Negara Indonesia adalah suatu fakta nyata setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
5 September 1945
Pada 5 September 1945, dr. buntaran membentuk Panitia Lima yang terdiri dari dr. R. Mochtar, dr. Bahder Johan, dr. Joehana, Dr. Marjuki dan dr. Sitanala, untuk mempersiapkan pembentukan Palang merah di Indonesia.
17 September 1945
Tepat pada tanggal 17 September 1945 terbentuklah Pengurus Besar Palang Merah Indonesia (PMI) dengan ketua pertama, Drs. Mohammad Hatta.
16 Januari 1950
Di dalam satu negara hanya ada satu perhimpunan nasional, maka Pemerintah Belanda membubarkan NERKAI dan menyerahkan asetnya kepada PMI. Pihak NERKAI diwakili oleh dr. B. Van Trich sedangkan dari PMI diwakili oleh dr. Bahder Djohan. 
1950 dan 1963
PMI terus melakukan pemberian bantuan hingga akhirnya Pemerintah Republik Indonesia Serikat mengeluarkan Keppres No. 25 tanggal 16 Januari 1950 dan dikuatkan engan Keppres No. 246 tanggal 29 November 1963. Pemerintah Indonesia mengakui keberadaan PMI.
Adapun tugas utama PMI berdasarkan Keppres RIS No. 25 tahun 1950 dan Keppres RI No. 246 tahun 1963 adalah untuk memberikan bantuan pertama pada korban bencana alam dan korban perang sesuai dengan isi Konvensi Jenewa 1949.
1950
Secara Internasional, keberadaan PMI diakui oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada 15 Juni 1950. Setelah itu, PMI diterima menjadi anggota Perhimpunan Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Liga) yang sekarang disebut Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada Oktober 1950.
Saat ini
Saat ini, PMI telah berdiri di 33 Provinsi, 371 Kabupaten/Kota dan 2.654 Kecamatan (data per-Maret 2013). PMI mempunyai hampir 1,5 juta sukarelawan yang siap melakukan pelayanan.

Materi CT: Sejarah IFRC

Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) didirikan pada tahun 1919 di Paris pada masa setelah Perang Dunia I. Saat itu Henry Davison, presiden dari American Red Cross Perang Komite, yang mengusulkan pembentukan sebuah federasi dari Perhimpunan Nasional. Sebuah konferensi medis internasional yang diprakarsai oleh Davison mengakibatkan lahirnya Liga Perhimpunan Palang Merah, yang berganti nama pada bulan Oktober 1983 untuk Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, dan kemudian pada November 1991 untuk menjadi Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Tujuan pertama dari IFRC ini adalah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di negara-negara yang telah sangat menderita selama empat tahun perang. Tujuannya adalah "untuk memperkuat dan bersatu, untuk kegiatan kesehatan, sudah ada Masyarakat Palang Merah dan untuk mempromosikan pembentukan Masyarakat baru". Ada lima anggota pendiri Masyarakat: Inggris, Perancis, Italia, Jepang dan Amerika Serikat. Jumlah ini telah berkembang selama bertahun-tahun dan sekarang ada 187 Perhimpunan Nasional diakui - satu di hampir setiap negara di dunia.
Visi IFRC untuk menginspirasi, mendorong, memfasilitasi dan mempromosikan setiap saat segala bentuk kegiatan kemanusiaan oleh Perhimpunan Nasional, dengan maksud untuk mencegah dan mengurangi penderitaan manusia, dan dengan demikian memberikan kontribusi bagi pemeliharaan dan promosi martabat manusia dan perdamaian di dunia. Peran IFRC berfokus pada empat bidang utama: mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan bencana, dan perawatan kesehatan dan masyarakat.

Materi CT: 7 Prinsip Palang Merah

Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke XX di Wina tahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.

1. KEMANUSIAAN (Humanity)
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

2. KESAMAAN (impartiality)
Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik. Tujuannya semata – mata mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.

3. KENETRALAN (Neutrality)
Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, kesukuan, agama atau idiologi.

4. KEMANDIRIAN (Independence)
Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping membantu Pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip – prinsip gerakan ini.

5. KESUKARELAAN (Voluntary Service)
Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

6. KESATUAN (Unity)
Didalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.

7. KESEMESTAAN (Universality)
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah bersifat semesta. Setiap perhimpunan mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia

Materi CT: HPI



HPI adalah bagian dari hukum internasional yang memberikan perlindungan terhadap anggota angkatan perang yang luka, sakit, dan tidak dapat lagi ikut dalam peperangan serta penduduk sipil yang tidak ikut berperang. Selain itu juga mengatur metode perang.

Maksud dan tujuan adanya HPI :
Mengatur perang yang terjadi lebih manusiawi, bila perang itu tidak terhindarkan, menentukan orang – orang yang tidak ikut dalam peperangan atau tidak dapat lagi ikut dalam peperangan hendaknya dianggap manusia biasa yang patut dihargai dan diperlakukan secara manusiawi.

Sasaran penyerangan hanya boleh dilakukan terhadap obyek militer dan bukan obyek sipil. HPI sangat erat kaitannya dengan Palang Merah, dimulai dengan lahirnya Konvensi Jenewa 1864 ( pertama ). Konvensi Jenewa telah dilengkapi dan diperbaiki pada tahun 1906, 1928, 1949 dan 2 protokol ditambahkan pada konvensi tersebut ditahun 1977.

4 Konvensi Jenewa 1949:
Konvensi I: Perlindungan terhadap korban angkatan perang di darat yang luka dan sakit, petugas kesehatan serta petugas dibidang agama.
Konvensi II: Perlindungan terhadap korban angkatan perang di laut, petugaskesehatan, petugas agama serta kapal perang yang kandas.
Konvensi III: Perlindungan terhadap tawanan perang.
Konvensi IV: Perlindungan terhadap orang – orang sipil di masa perang.

Karena ke 4 Konvensi tersebut belum mencakup perlindungan terhadap semua penderita yang diakibatkan oleh pertikaian, maka pada tahun 1977 dikeluarkan 2 protokol:

Protokol I: diterapkan pada konflik bersenjata internasional.
Protokol II: diterapkan pada konflik non internasional.

Tiap negara di dunia ikut mengesahkan dan menyetujui konvensi tersebut. Sekarang lebih dari 160 negara telah ikut menjadi peserta Konvensi Jenewa tahun 1942.

Materi CT: Sejarah Lambang


A. Lambang Palang Merah

Di dalam Konvensi tahun 1864 itulah dilontarkan gagasan untuk memberikan suatu lambang kepada organisasi relawan yang bertugas memberikan bantuan kepada prajurit yang cedera dalam pertempuran, sehingga dapat dibedakan dengan organisasi relawan lainnya. Untuk itu, sebagai penghormatan kepada Henry Dunant yang berkewarganegaraan Swiss atas jasa-jasanya tersebut, maka disepakati bahwa lambang untuk organisasi relawan tersebut adalah kebalikan 

dari bendera Swiss, yakni palang merah, red cross, di atas dasar putih. Sejak itulah lambang palang merah mulai dikenal dan digunakan untuk menolong para korban perang. Lambang palang merah ini digunakan oleh perhimpunan nasional di negara-negara. Karena banyaknya negara yang membentuk Perhimpunan Nasional, maka pada tahun 1919 dibentuk “Liga Perhimpunan Palang Merah”, League of Red Cross Societies, yang bertugas mengkoordinir seluruh perhimpunan nasional dari semua negara.

B. Lambang Bulan Sabit Merah


Pada tahun 1876 muncul lambang Bulan Sabit Merah yang digunakan oleh Turki (dahulu Ottoman Empire) serta lambang Singa dan Matahari

Merah yang digunakan oleh tentara Persia (saat ini Republik Islam Iran). Negara-negara lain kemudian juga menggunakan lambang sendiri, seperti Siam (saat ini Thailand) yang menggunakan lambang Nyala Api Merah (red flame); Israel menggunakan lambang Bintang David Merah (red shield of david); atau Afganistan yang menggunakan Red Arrchway (Mehrab-e-Ahmar). Demikian pula tahun 1877 Jepang menggunakan strip merah di bawah matahari merah di atas dasar putih (red strip beneath a red sun on a white ground), lambang Swastikaoleh Sri Lanka, atau Palem Merah (red palm) oleh Siria. Turki dan Persia, mengajukan reservasi pada Konvensi untuk tetap mengunakan bulan sabit merah dan singa dan matahari merah; sedangkan Siam dan Sri Lanka tidak menggunakan klausula reservasi dan memutuskan untuk menggunakan lambang palang merah.Didukung oleh Mesir dalam Konferensi Diplomatik, akhirnya lambang Bulan Sabit Merah serta Singa dan Matahari Merah kemudian secara resmi diadopsi dalam Konvensi Jenewa tahun 1929. Akan tetapi pada tanggal 4 September 1980, Republik Islam Iran memutuskan tidak lagi menggunakan lambang Singa dan Matahari Merah dan memilih lambang Bulan Sabit Merah, red crescent. Sejak itu, disepakati bahwa tidak diperbolehkan lagi untuk menggunakan lambang lainnya, kecuali sebagaimana yang telah ditegaskan di dalam Konvensi Jenewa.

C. Lambang Kristal Merah
Pada bulan Desember 2005, diadakan Konferensi Diplomatik yang menghasilkan suatu perjanjian internasional, yaitu Protokol Tambahan III (tahun 2005)pada Konvensi-
konvensi Jenewa 1949 yang mengatur tentang penggunaan lambang baru di samping lambang palang merah dan bulan sabit merah, karena kedua lambang terakhir ini dianggap berkonotasi dengan suatu agama tertentu. Lambang yang baru tersebut dikenal dengan lambang Kristal Merah (red crystal). Kristal merupakan sebagai lambang dari kemurnian, purity, yang seringkali dihubungkan dengan air, yakni suatu unsur yang esensial bagi kehidupan manusia.

Materi CT: Hymne PMI


Palang merah Indonesia
Wujud kepedulian nyata
Nurani yang suci
Untuk membantu menolong sesama

PMI
Siaga setiap waktu
Berbakti, dan mengabdi
Bagi hidup manusia
Agar sehat sejahtera di seluruh dunia

Materi CT: Mars PMI


Palang Merah Indonesia
Sumber kasih umat manusia
Warisan luhur, nusa dan bangsa
Wujud nyata pengayom Pancasila

Gerak juangnya keseluruh nusa
Mendarmakan bhakti bagi ampera
Tunaikan tugas suci tujuan PMI
Di Persada Bunda Pertiwi

Untuk umat manusia
Di seluruh dunia
PMI menghantarkan jasa

Mengenal LCT


LCT  adalah  Lomba  Cepat  Tepat  seperti  CerdaCermat dengan menjawab pertanyaan soal KepalangMerahan. Setiap tim terdiri 1-3 Orang untuk setiap tim dengan tugas:
1.   Sebagai juru bicara
2.   Sebagai penghafal, penghitung dan penduga

Perlengkapan P3KSetiap Tim

·    Buku Tulis
·    Pulpen
·    Latihan Soal


Teknik Cepat Tepat
·    Baca Tulis Latihan Soal+ Jawaban
·    Cicilan Hafalan
·    Diskusi Tanya Jawab

Materi OSN
Fisika   : Kelas 7, 8, 9 SMP dan Kelas 10,11,12 SMA

Biologi : Kelas 7, 8, 9 SMP dan Kelas 10,11,12 SMA
Instagram
 
Partner : PMI TangSel | Puskesmas Sawah Lama | KSR UIN Jakarta
Copyright © 2016. PMR TANGSEL - All Rights Reserved
Media and Training by GAHITA LAB
WA/SMS: 085691418286 | Email: pmrgahita@gmail.com